Beberapa ahli mendefenisikan bahwa hutan mangrove memiliki manfaat untuk kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut, serta menunjang kegiatan perikanan pantai
(Noor, 1999). Kemudian Setyawan (2002) menambahkan kegunaan mangrove banyak dan beragam yang mana mangrove mampu menjaga intrusi air laut, menahan limbah dari darat dan laut, menjaga daur global karbon dioksida, nitrogen dan belerang, tempat lahir dan bersarangnya ikan, udang, kerang, burung, dan biota lainnya, serta berperan dalam ekoturisme dan pendidikan. Kegunaan mangrove juga dibagi dalam dua kategori, pertama kegunaan langsung berupa keuntungan ekonomi dalam berbagai bentuk. Kedua, kegunaan tidak langsung berupa fungsi ekologi sebagai tempat pemijahan ikan, udang dan spesies komersial lain, serta fungsi sosial budaya dalam ekowisata dan pendidikan.
(Noor, 1999). Kemudian Setyawan (2002) menambahkan kegunaan mangrove banyak dan beragam yang mana mangrove mampu menjaga intrusi air laut, menahan limbah dari darat dan laut, menjaga daur global karbon dioksida, nitrogen dan belerang, tempat lahir dan bersarangnya ikan, udang, kerang, burung, dan biota lainnya, serta berperan dalam ekoturisme dan pendidikan. Kegunaan mangrove juga dibagi dalam dua kategori, pertama kegunaan langsung berupa keuntungan ekonomi dalam berbagai bentuk. Kedua, kegunaan tidak langsung berupa fungsi ekologi sebagai tempat pemijahan ikan, udang dan spesies komersial lain, serta fungsi sosial budaya dalam ekowisata dan pendidikan.
Menurut Saparinto (2007) hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber daya yaitu pertama fungsi fisik, hutan mangrove secara fisik menjaga dan menstabilkan garis pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap gelombang, arus dan mempercepat pembentukan lahan baru. Kedua fungsi biologi mencakup tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), tempat berkembang biak (spawning ground) berbagai jenis Crustaceae, ikan, burung, biawak, ular. Serta sebagai tempat tumbuh-tumbuhan epifit dan parasit seperti anggrek, pakis, dan tumbuahn lainnya. Ketiga sebagai fungsi ekonomi, yang mana hutan mangrove berpotensi sebagai tempat rekreasi, lahan pertambakan, dan penghasil devisa dengan produk bahan baku industri.
Santoso (2005) menyebutkan fungsi dan manfaat dari hutan mangrove ini terbagi dua yaitu pertama fungsi ekonomis, seperti penghasil kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu untuk tiang/pancang). Hasil bukan kayu (hasil hutan non kayu) dan lahan ecotourisme atau lahan budidaya. Kedua sebagai fungsi ekologi, terdiri atas berbagai fungsi perlindungan lingkungan ekosistem daratan, lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, seperti proteksi, abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang, pengendalian instrusi air laut, habitat berbagai jenis fauna, dan tempat mencari makan, memijah serta berkembang biak berbagai jenis ikan, udang. Purnobasuki (2005) menambahkan fungsi bio-ekologis dan sosio-ekonomis hutan mangrove yang terdiri dari: sebagai habitat alami yang membentuk keseimbangan ekologis, penunjang kondisi lingkungan, penyerap bahan pencemaran, pencegah terjadinya keasaman tanah serta sebagai sumber bahan obat-obatan. Sedangkan menurut Arief (2003) dan Gunarto (2004) mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan serta lingkungan dibedakan menjadi lima, yaitu fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi wanawisata
Selain itu Bengen (2002) mengatakan manfaat hutan mangrove adalah penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove, daerah asuhan, daerah mencari makan, daerah pemijahan, pemasok larva ikan, serta tempat pariwisata. Kemudian menurut Bandaranayake (1998) dalam Purnobasuki (2005) potensi khasiat medis pada beberapa mangrove yang ada di Indonesia terdapat pada Tabel 1.
Nama botani
|
Khasiat
|
Acanthus illicifolius
|
Aprodisiak (perangsang libido), asma
(buah), diabetes, diurtik, hepatitis, kusta
(buah, daun, dan akar), neuralgia, cacing gelang, rematik,
penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun)
|
Avicennia alba
|
Antifertilitas, penyakit kulit, tumor,
borok (resin)
|
Avicennia marina
|
Rematik, cacar, borok (batang)
|
Avicennia offinalis
|
Aprodisiak, diuretic, hepatitis (buah),
kusta (kulit batang)
|
Bruguiera cylindrical
|
Hepatitis (buah, daun, dan akar)
|
Bruguiera gymnorhiza
|
Sakit mata (buah)
|
Bruguiera exaristata
|
Antitumor (kulit batang)
|
Ceriops tagal
|
Menahan pendarahan (kulit batang)
|
Hisbiscus tiliaceus
|
Infeksi telinga (bunga)
|
Ipomoea pes-capre
|
Disengat ubur-ubur (daun)
|
Lumnitzera racemosa
|
Antifertilitas, asma, diabetes, dipatuk
ular (buah)
|
Nypa fructicans
|
Asma, diabetes, kusta, rematik, dipatuk
ular, (daun dan buah)
|
Pluchea indica
|
Demam (aun, akar), borok
(daun), rematik, kudis
(daun, tunas), sinusitis
(kulit batang, batang)
|
Rhizophora apiculata
|
Antimuntah, antiseptik, diare,
haemostatik (kulit batang), hepatitis (kulit
batang, bunga, buah, daun), dan
menghentikan pendarahan, tifus (kulit batang)
|
Sonneratia alba
|
Bengkak dan keselo (buah)
|
Beberapa spesies
dan deskripsi vegetasi mangrove yang terdapat di Indonesia (Saparinto, 2007) terdapat pada tabel 2.
Familia
|
Species
|
Nama Daerah
|
Deskripsi
|
Achantaceae
|
Achantus ilicifolius
|
Drujan
|
Tumbuhan
berduri yang dapat tumbuh disubstrat lunak berlumpur sampai setinggi 2 meter.
|
Myrsinaceae
|
Aegiseras cornicolatum
|
Bedangan
|
Sering
tumbuh serempak membentuk semak belukar sampai setinggi 4 meter
|
Avicennia
|
Avicennia alba
|
Api-api
|
Tumbuh
pada substrat berpasir/berlumpur tipis, pohonnya mencapai lebih dari 15
meter.
|
Rhizophoraeae
|
Brogoera gymnorriza
|
Tancang
|
Pada
kondisi baik tancang dapat tumbuh sampai setinggi 35 meter, tetapi biasanya
mencapai tinggi 25 meter
|
Rhizhophoraceae
|
Ceriop decandra
|
Tingi
|
Pada
habitat yang baik dapat mencapai hingga lebih dari 3 meter
|
Euphorbiaceae
|
Excoecaria agallocha
|
Panggang
|
Getahnya
berwarna putih susu yang dapat merusak mata pohonnya dapat tumbuh sampai 14
meter
|
Stercullaceae
|
Heritiera littoralis
|
Dangun
|
Kulit
batang berwarna putih ke abu-abuan dan penampangnya yang lebat, tingginya
dapat mencapai lebih dari 30 meter
|
Malvaceae
|
Hibiscus tiliaceus
|
Waru
|
Tumbuhnya
tersebar dengan ketinggian pohon dapat mencapai 10 meter
|
Combretaceae
|
Lumnitzera racemosa
|
Susap
|
Pada
habitatnya membentuk pepohonan kecil yang berwarna hijau dengan ketinggian 8
meter
|
Arecaceae
|
Nypa
|
Nipah
|
Nipah
merupakan satu-satunya spesies palem yang ditemukan di hutan mangrove
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora apiculata
|
Lenro
|
Pada
habitat yang baik spesies ini dapat tumbuh hingga 30 meter
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora stylosa
|
Bakau
|
Bakau
merupakan spesies mangrove yang umum dijumpai, spesies ini tumbuh sampai 20
meter
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora stylosa
|
Bakau merah
|
Merupakan
spesies mangrove yang sering dijumpai, spesies ini dapat tumbuh sampai 30
meter
|
Sonneratiaceae
|
Sonneratia alba
|
Bogem
|
Bogem
yang sering dijumpai adalah Sonneratia alba, biasanya tumbuh bersama
dengan Sonneratia caseolaris, sehingga sulit dibedakan salah satu yang
membedakan adalah bunganya
|
Malvaceae
|
Thesposia populnea
|
Waru laut
|
Merupakan
mangrove ikutan yang tumbuh sebagai pohon dengan ketinggian 8 meter
|
Meliaceae
|
Xylocarpus granatum
|
Nyirih
|
Dengan
buahnya yang sangat besar dengan ketinggian mencapai 8 meter
|
Rizki, Tuty Milda Sari dan Irma Leilani