Agihan jenis merupakan pola persebaran jenis tumbuhan yang ditemui pada hutan mangrove dan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap agihan jenis hutan mangrove adalah pasang surut (Rahmi, 2012).
Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, & Canocarpus)
yang termasuk ke dalam 8 familia. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan dominan yang termasuk kedalam 4 familia: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Cheriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), & Meliaceae (Xylocarpus) (Bengen, 2001).
yang termasuk ke dalam 8 familia. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan dominan yang termasuk kedalam 4 familia: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Cheriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), & Meliaceae (Xylocarpus) (Bengen, 2001).
Ada hubungan yang erat antara kondisi air, vegetasi air dan vegetasi hutan mangrove. Di beberapa tempat mangrove menunjukkan tingkat zonasi yang nyata cenderung berubah dari tepi air menuju daratan, namun kadang-kadang juga tergantung pada undulasi atau tinggi rendahnya lantai hutan atau anak sungai di dalam area, skemanya khusus dan menggambarkan keadaan umum dari daratan pasang surut (Kustanti, 2001).
Menurut Bengen (2001) Penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di indonesia yaitu, daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa bersosialisasi Sonneratia spp, yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. Lebih kearah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp, dan Xylocarpus spp. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan daratan rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans dan beberapa spesies palem lainnya.
Menurut Hardjowigeno (1986) Daerah pantai di sumatera dapat dibedakan dalam beberapa satuan fisiogarfi, berturut-turut dari pantai ke pedalaman adalah: (a) mudflat, yaitu daerah yang terus menerus digenangi air pasang surut; (b) short plain, yaitu daerah yang sering digenangi air pasang surut; (c) backswamp, yaitu daerah yang jarang atau tidak dipengaruhi air pasang surut.
Menurut Soviana (2004) Gambaran umum hutan mangrove di Teluk Buo, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat disusun oleh komunitas muda dan ditandai dengan tutupan tajuk yang seragam. Vegetasi mangrove yang ditemukan dibedakan antara pohon, anakan, dan semai. Jenis mangrove yang ada terdiri dari 3 jenis, yaitu Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, & Scyphiphora hydrophyllacea
Rizki ; Defri Novita Sari ; Irma Leilani
>