Klasifikasi dan Morfologi Jamur Tiram Putih

Rizki dan Juita Roseta Sari

Klasifikasi jamur tiram menurut Widodo (2007) adalah: Kingdom: Mycetea (fungi) ; Divisio: Amastigomycota ; sub divisio : Basidiomycotae ; Classis Basidiomycetes ; Ordo :Agaricales ; Familia : Agariceae ; Genus: Pleurotus ; Species: Pleurotus ostreatus.
Jamur adalah organisme eukaryotic (mempunyai inti sejati), tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora struktur somatik atau talus berupa sel tunggal (uniselluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-benang bercabang (multiselluler), berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya (Darnetty, 2005).

Menurut Widodo (2007), Jamur tiram merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu yang masih hidup atau sudah mati. Jamur ini memiliki tudung tubuh yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram) atau bentuknya menyerupai telinga. Hal ini sesuai dengan nama latinnya yaitu Pleurotus. Istilah Pleurotus berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu pleuron yang berarti menyamping dan ous yang berarti telinga.

Jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat tinggi. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa. Untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanan kemudian mencernakannya sebelum diserap (Gunawan, 2005)

Ditinjau dari segi morfologisnya, tubuh jamur tiram terdiri dari tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram atau telinga dengan ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang (lamella atau giling) berwarna putih dan lunak yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan lamella ini adalah memanjang sampai ke tangkai atau disebut dicdirent. Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini yang menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah). Jamur tiram termasuk golongan jamur yang memilki spora yang berwarna. Jejak sporanya menampakkan warna putih sampai kuning (Widodo,2007).

a. Struktur stoma

Istilah stoma pada jamur dikenal sebagai hifa. Hifa dapat dipadankan dengan fase vegetatif pada tumbuhan. Hifa berbentuk seperti benang atau filament. Hifa dapat tumbuh ke segala arah pada ujung-ujungnya dan pada bagian-bagian tertentu tempat cabang dibentuk. Kumpulan hifa yang bersekat dan hifa seperti ini dinamakan hifa bersekat. Jadi, jamur mempunyai hifa multisel.

b. Reproduksi Jamur

Menurut Gunawan (2005), jamur dapat berkembang biak secara kawin (seksual) dan secara tidak kawin (aseksual). Reproduksi seksual dicirikan oleh adanya peleburan dua inti dengan urutan terjadinya plasmogami, kariogami, dan meiosis.

Plasmogami merupakan peleburan protoplasma dua sel yang serasi. Selanjutnya inti dari ke dua sel tadi akan mengalami kariogami merupakan peleburan antar dua inti sel yang akan menghasilkan inti diploid (2n). Pada proses meiosis, inti yang telah melebur menjadi inti diploid ini mengalami pembelahan dan intinya yang diploid tereduksi menjadi haploid (n) kembali (Gunawan, 2005).


Daftar Pustaka

Gunawan, A.W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur . Jakarta : Penebar Swadaya .
Widodo, N. 2007. Isolasi dan Karekterisasi Senyawa Alkaloid yang Terkandung Dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus osteratus) Semarang : Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Negeri Semarang.

Rizki dan Juita Roseta Sari



>
Previous Post Next Post