Klasifikasi, Morfologi dan Ekologi Buah Naga (Hylocereus costaricensis)



a) Taksonomi Buah Naga

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan Subfamili Hylocereanea. Adapun klasifikasi buah naga tersebut adalah Divisio: Embriophyta siponogama/ Spermathophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisio: Angiospermae (biji tertutup), Classis: Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo: Cactales, Famili: Cactaceae, Subfamili: Hylocereanea, Genus: Hylocereus, Species: Hylocereus undatus (daging putih), Hylocereus costaricensis (daging merah) (Lawrence, 1964).

b) Sejarah Buah Naga

Buah Naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah yang membawa berkah. Karena biasanya buah naga
diletakkan diantara patung naga di altar. Oleh karena itu orang Vietnam menyebut buah naga dengan thang loy sedangkan di Thailand diberi nama keaw mang kheon, dalam istilah Inggris diberi nama dragon fruit. Sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama buah naga. Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman hasil daratan Asia, tetapi merupakan tanaman asal Meksiko dan Amerika Selatan bagian utara (Colombia ). Sekitar tahun 1870, buah naga ini dibawa kekawasan Indocina (Vietnam) oleh seorang Perancis. Dari Guyama Amerika Selatan sebagai hiasan sebab sosoknya yang unik dan bunganya yang cantik dan berwarna putih. Sekitar tahun 1980 setelah dibawa ke Okinawa Jepang tanaman ini mendunia karena sangat menguntungkan. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia clan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet (Anonimus, 2012d).

c) Morfologi

Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika selatan ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar. Jenis dari tanaman ini merupakan tanaman memanjat. Secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji (Kristanto dalam Renasari, 2010).

Sedangkan menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), buah asal meksiko ini mempunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batangnya berwarna hijaudengan bentuk segitiga. Bunganya besar, berwarna putih, harum dam mekar di malam hari.

Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai alat pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). 

Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto dalam Renasari, 2010).

Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman (Kristanto dalam Renasari, 2010).

Bunga tanaman naga ini sekilas mirip dengan kulit buah nenas. Seluruh permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik. Bentuknya corong memanjang dan berukuran 30 cm. Kelopak bunga berwarna hijau dan jika berwarna merah berarti bunga tidak akan menjadi buah. Beberapa hari setelah itu, akan terlihat mahkota bunga yang berwarna putih di dalam kelopak bunga tersebut. Bunga akan mekar sempurna pada malam hari sekitar pukul 22.00 wib maka disebut juga dengan night blooming cereus (Putra, 2011).

Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk buah bulat agak memanjang atua bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3 mm – 4 mm. Di sekujur kulitnya dihiasi dengan jumbai-jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh karena itu, buahnya disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara 80 – 500 gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih, dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan rasanya manis sedikit masam (Cahyono dalam Renasari, 2010).

Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung dimakan tanpa mengganggu kesehatan. Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk dijadikan bibit (Winarsih dalam Renasari, 2010).

d) Keadaan Iklim

Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik bila hidup didataran rendah antara 0 – 350 m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah nga ini antara 260 – 360 C dan kelembaban antara 70 – 90 % (Rukmana dalam Renasari, 2010).

Tanaman buah naga merah dan putih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah lebat serta rasanya manis memerlukan penyinaran matahari langsung sepanjang hari (minimal 8 jam sehari). Berkurangnya intensitas penyinaran matahari yang diterima akibat ternaungi gedung/bangunan atau tanaman lain maka pertumbuhan tanaman dan produksinya tidak maksimal (Cahyono dalam Renasari, 2010).

Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600 – 1.300 mm/tahun pun tanaman ini masih dapat tumbuh. Namun, tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan yang ditandai dengan proses pembusukan akar yang terlalu cepat dan akhirnya merambat sampai ke pangkal batang. Sementara intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70% – 80% (Kristanto dalam Renasari, 2010).

e) Ketinggian Tempat dan Jenis Tanah

Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yaitu dataran rendah sampai medium yang berkisar 0 m – 500 m dari permukaan laut, yang ideal adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada ketinggian di atas 500 m dpl, buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah, namun buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang manis. Untuk buah naga kuning, ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan berproduksinya adalah di atas 800 m dpl (dataran tinggi atau pegunungan) (Cahyono dalam Renasari, 2010).

Sedangkan menurut Tim Karya Tani Mandiri, (2010) tanaman ini paling cocok ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20-500 m di atas permukaan laut dengan kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5-7.

Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik, maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah naga tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan perakaran dan batang membusuk. Di samping itu, bila tanaman sedang berbunga atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Cahyono dalam Renasari, 2010).

Rizki dan Asti Febrina
Previous Post Next Post